Info

SELAMAT DATANG


Selamat datang di Blog Ara - Saya senang Anda berada di sini, dan berharap Anda sering datang kembali. Silakan Berlama - Lama di sini semoga dari sekian banyak postingan ada beberapa artikel yang bermanfaat buat anda

Sekilas Tentang Ara



Saya seorang Mahasiswi jurusan Komputerisasi Akuntansi... Saya Bukan Seorang Blogger, Desainer atau Apapun Tapi Saya Hanya Seseorang Yang Ingin Selalu Belajar dan Ingin Tahu Sesuatu Yang Baru...

...... KISAH SEORANG NENEK PENCURI SINGKONG DAN HAKIM BERHATI MULIA .....

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...

Di ruang sidang pengadilan, seorang hakim duduk tercenung menyimak tuntutan jaksa PU terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong. Nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, dan cucunya... kelaparan. Namun seorang ...laki yang merupakan manajer dari PT yang memiliki perkebunan singkong tersebut tetap pada tuntutannya, dengan alasan agar menjadi contoh bagi warga lainnya.

Hakim menghela nafas. dan berkata, “Maafkan saya, bu”, katanya sambil memandang nenek itu.
”Saya tak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jadi anda harus dihukum. Saya mendenda anda Rp 1 juta dan jika anda tidak mampu bayar maka anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan jaksa PU”.

Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam. Namun tiba-tiba hakim mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil & memasukkan uang Rp 1 juta ke topi toganya serta berkata kepada hadirin yang berada di ruang sidang.

‘Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepada tiap orang yang hadir di ruang sidang ini, sebesar Rp 50 ribu, karena menetap di kota ini, dan membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk memberi makan cucunya."Saudara panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kepada terdakwa.”

Sebelum palu diketuk nenek itu telah mendapatkan sumbangan uang sebanyak Rp 3,5 juta dan sebagian telah dibayarkan kepanitera pengadilan untuk membayar dendanya, setelah itu dia pulang dengan wajah penuh kebahagian dan haru dengan membawa sisa uang termasuk uang Rp 50 ribu yang dibayarkan oleh manajer PT yang menuntutnya.
Semoga di indonesia banyak hakim-hakim yang berhati mulia seperti ini.

(Sumber: Fb Polres Sidoarjo)
 
~ o ~

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...

Read More

Sungguh Memilukan...! Hidup Disaluran Pembuangan Air



Mantan pecandu narkoba Miguel Restrepo. 62, dan istrinya Maria Garcia hidup di dalam saluran pembuangan air di Medellin, Kolombia, bersama anjing mereka Blackie, selama 22 tahun. Rumah mereka, berisi dapur, kipas angin, televisi, kursi, dan kasur, berukuran 6 x 1,4 m, dan bocor saat hujan sehingga harus ditutup. 



Miguel Restrepo, 62, dan istrinya Maria Garcia membuat hiasan Natal di luar rumah mereka di saluran air di Medellin, 4 Desember 2012. 




Read More

Senyawa Penyembuh HIV Ditemukan

virus HIV yakni senyawa PD 404. 182. Seperti penemuan bersar lainnya yakni ditemukan dengan tidak disengaja, Senyawa PD 404. 182 untuk membasmi HIV pula demikian. Semula para peneliti menggunakansenyawa PD 404. 182 ini dimaksudkan untuk mengembangkan senyawa yang secara efektif melawan virusHepatitis C. Namun ketika Chen dkk. mencoba menggunakannya untuk membunuh HIV ternyata lebih efektif.

Senyawa PD 404. 182 bekerja lebih spesifik dengan cara menyerang material bagian dalam virus HIV, merusak RNA nya, sehingga RNA virus HIV tidak stabil yang menyebabkan HIV sulit berevolusi dan berkembangbiak dan menjadi resisten dan akhirnya tidak dapat menginfeksi. Senyawa ini berbeda dengansenyawa lain yang membunuh sel virus dengan cara menyerang material luar (dinding sel) dari virus, sehingga agak berbahaya karena dinding sel HIV sama seperti dinding sel manusia dan berakibat fatal bilasenyawa lain tersebut digunakan pada manusia.

Patutlah kita mengapresiasi kerja Chen dkk. Karena kekhawatiran orang dengan HIV seolah tidak memiliki harapan untuk menikmati kehidupan dengan lebih bebas tanpa stigma dan diskriminasi yang seharunya dihilangkan oleh masyarakat. Tapi jangan terlalu bergembira kegirangan, karena pada prosespengembangan obat baru tidak otomatis senyawa yang secara In vitro (Laboratorium) berkhasiat, langsung diproduksi untuk diberikan kepada manusia. Namun, setidaknya 10 tahun lagi semenjak ditemukan senyawa baru baru bisa digunakan pada manusia.

Pada proses pengembangan obat baru, terdapat tiga tahapam yang harus dilalui sebelum senyawa (obat) tersebut digunakan oleh masyarakat luas yaitu 3-4 tahun dicobakan pada Hewan (Probandus), 4-5 tahun dicobakan pada Manusia (probandus), 2-3 tahun untuk registrasi. Dalam proses pengembangan obat baru ini, kadangkala tidak sesuai harapan, banyak obat yang berkhasiat pada saat di laboratorium dan ketika di ujikan pada hewan dan manusia ternyata tidak berkhasiat bahkan tidak memberikan efek sedikitpun. Oleh karena itu, harapan yang tinggi sekaligus was-was agar senyawa ini bisa digunakan kepada manusia tetap kita apresiasi dan dukung.

Ditemukan Varian HIV langka

Ditengah harapan kuat, dan kegembiraan terhadap penemuan senyawa PD 404. 182. Seperti dilansir oleb BBC. Seorang Pria Prancis, 57 tahun terjangkit Varian HIV langka, sepulang dari negara Kamerun. Pria itu terjangkit HIV langka yaitu HIV-1 grup N yang sebelumnya pernah ditemukan pada tahun 1998 yang menginfeksi seorang perempuan kamerun, setelah berhubungan seksual dengan pasangan wanitanya di negara tersebut. Karena keluhannya demam tinggi, timbul ruam dan bisul, maka pria tersebut dibawa ke RS Saint Loise. Dari hasil pemeriksaan oleh Tim dokter yang dipimpin oleh Profesor Francois Simon menemukan di dalam tubuh pria tersebut terdapat varian HIV langka ini.

Oleh karena ini, perlu dihimbau agar badan otoritas yang berwewenang diseluruh dunia untuk segera mengawasi epidemi virus ini agar tidak menyebar lebih luas lagi. Sekaligus menghimbau masyarakat agar lebih memahamkan diri tetang cara-cara penularan virus ini dan menghindarkan diri untuk tertulari. Ini penting karena walaupun ada sedikit kabar gembira tentang senyawa PD 404.182 yang dapat membunuh HIV, namun senyawa PD 404. 182 belum tentu secara efektif membunuh varian HIV langka ini karena perbedaan material pembentuknya.

Read More

Pria Ini Menarik Becak Sambil Menggendong Baby





VIVAnews -- Saat istrinya, Shanti diketahui hamil, Bablu Jatav luar biasa girang. Seorang anak akhirnya akan lahir, menceriakan biduk rumah tangga mereka yang sudah berjalan 15 tahun.

Namun, malang tak bisa ditolak. Setelah melahirkan putri pertamanya, Shanti meninggal dunia 20 September 2012 lalu. Jatav pun kebingungan, ia harus tetap bekerja menghidupi diri dan putrinya, di sisi lain tak ada kerabat yang bersedia membantu merawat Damini, nama bayi itu.

Akhirnya keputusan ekstrem ia ambil, tetap bekerja menarik becak sambil menggendong putrinya yang baru lahir. Damini yang berusia sebulan digendong dengan selendang bertali yang dililit di lehernya. "Sejak tak ada yang mau merawat putriku aku menjaganya sembari mengayuh becak," kata Jatav.

Namun, hidup di jalanan terlalu berat untuk seorang bayi yang masih merah. Damini dilarikan ke rumah sakit di Jaipur awal minggu ini. Ia harus menjalani perawatan intensif akibat septikemia atau bakteri dalam darah, anemia, dan dehidrasi berat.

Untungnya bayi kecil itu kini telah menjalani perawatan dan dalam kondisi stabil. Dr JK Mittal dari Rumah Sakit Fortis di Jaipur mengatakan, Damini telah lolos dari bahaya. "Ia merespon perawatan kami dengan baik, sekarang Damini lolos dari bahaya. Kami juga ingin menyampaikan, berat badannya kini naik," kata dia kepada BBC.

Bantuan mengalir

Kisah Jatav dan fotonya yang sedang menggendong bayi tersebar ke dunia. Bantuan pun mengalir ke ayah dan anak malang itu.

Dalam seminggu sejak cerita pertama kali diterbitkan di situs berita BBC, uang telah mengalir dari seluruh dunia untuk membantu Damini dan Bablu Jatav. Setidaknya telah terkumpul uang US$24.236 atau sekira Rp190 juta.

Bantuan itu diterima Bablu Jatav dengan perasaan haru. "Saya tidak tahu siapa saja para dermawan itu, dari negara mana saja mereka, yang telah terpanggil untuk membantu kami. Putri saya sangat beruntung," kata dia.

Sementara itu, sebuah LSM di Bharatpur, Apna Ghar, saat ini mendampingi Jatav merawat bayi Damini setelah dia meninggalkan rumah sakit. "Kami bekerja sama dengan Pak Jatav dan pemerintah setempat untuk membantu mereka," pendiri Apna Ghar, BM Bhardwaj.

Sumber: BBC, Daily Mail


Read More

Meng-Copy Tulisan yang Terkunci



Anda mungkin tidak bisa meng-copy tulisan pada web yang telah mempunyai security. Ini rahasia untukmeng-copy tulisan pada web, ikuti langkah-langkah ini!

1. buka program Ms. Word (juga bisa program yang lain, asal berupa write/dokumen!)

2. anda sudah buka web yang pengcopy-an nya terkunci dan bertuliskan "maaf, klik mouse kanan tidak doperbolehkan"

3. blok/tebali tulisan-tulisan yang akan di copy

4. setelah di blok tulisannya, tarik tulisan tersebut dengan menekan mouse kiri ke layar Ms. Word

5. setelah ter-copy di layar Ms. word anda bisa memidah-pindahkan tulisan tersebut ke mana aja

by:www.blogapaja.com

Read More

Aku Menangis Untuk Adikku

AKU dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang kelihatannya semua gadis di sekelilingku membawanya. Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliaumembuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!" Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi.

Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi." Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untukmaju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik, hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu lemah? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menghulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya, kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku, "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan,"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!" Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu di tubuh adikku, dan tercekat dalam kata-kataku, "Aku tidak peduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangisdan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa sahabatku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang lebih awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya,dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Berulang kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untukdatang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, jika meninggalkan dusun, kami tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur di pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku berada diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar-ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apayang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku." Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.

"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sepasang sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling berhak mendapatkan ucapan terima kasih dariku adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Read More